KONSEP
TUHAN MENURUT AGAMA YAHUDI, NASRANI,
HINDU, BUDHA, DAN
KHONGHUCU
A.
Konsep
Ketuhanan Menurut Agama Yahudi
Konsep ketuhanan
agama Yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini
mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Dalam doa secara utuh dalam hal
mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab
Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah
satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami
adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal."
Allah di sini
disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas.
Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Allah dijelaskan dalam
pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang
merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada
keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah."
Namun, pada
kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum musyabbihah, yaitu kaum yang
menyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada
Kitab Kejadian Fasal I :
Alloh berkata : “Kami
telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan dari Kami.”
Sehingga apa
saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Alloh. Bahkan dalam
keyakinan orang-orang Yahudi, Alloh bisa menga-lami keletihan dan kecapaian
sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab
Kejadian Fasal II :
“Alloh menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada
hari yang ke-7, kemudian Dia beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan
yang Dia ker jakan.”
Demikian umat
Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum
musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan. Bahkan
tidak hanya meyakini keserupaan Alloh dengan makhluk, mereka pun mensifati
Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti : kikir,
miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ
Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah terbelenggu (yakni kikir)“
Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah terbelenggu (yakni kikir)“
(Qs. Al-Maidah :
64)
Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid,
Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan lain-lainnya mengatakan :
“Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh
terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di
sisi-Nya. Maha tinggi Alloh dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang
besar.”
Maka Alloh pun membantah ucapan mereka dalam firmannya
QS. Al-Maidah : 64
“Tangan mereka
itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah
katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, Dia menafkahkan sebagaimana yang
Dia kehendaki.”
(Qs. Al-Maidah :
64)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ
فَقِيرٌ وَ نَحْنُ أَغْنِيَاءُ
“Sesungguhnya Alloh telah mendengar perkataan orang-orang yang mereka berkata : “Sesungguhnya Alloh itu faqir (miskin) dan kami inilah yang kaya.”
“Sesungguhnya Alloh telah mendengar perkataan orang-orang yang mereka berkata : “Sesungguhnya Alloh itu faqir (miskin) dan kami inilah yang kaya.”
(Qs. Ali ‘Imron : 181)
Berkata Ibnu Jarir Ath-Thobari : “Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan dengan sebagian
orang Yahudi yang ada pada zaman Nabi.”
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang Yahudi yang terkenal kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan yang paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk ke dalam agama Islam.
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang Yahudi yang terkenal kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan yang paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk ke dalam agama Islam.
Begitulah
orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Alloh dengan makhluk, tetapi
juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah
SWT. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh!
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاء اللّهِ
وَأَحِبَّاؤُهُ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.”
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.”
(Qs. Al-Maidah :
18)
Bahkan mereka
menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan manusia selain
bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh
karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin
dunia, sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa
budak yang harus mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini
lahirlah doktrin Zionisme dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi
orang-orang Yahudi.
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً
أَوْ نَصَارَى
Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atas Nashrani.”
Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atas Nashrani.”
(Qs. Al-Baqoroh
: 111)
Dalam ayat yang lain Alloh menyatakan :
“Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian saja negeri
Akhirat yang ada di sisi Alloh, bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah
kematian bila kalian memang orang-orang yang benar!” Mereka sekali-kali tidak
akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalahan-kesalahan
yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang
berbuatan zhalim”
(Qs. Al-Baqoroh
: 94 – 95)
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki
anak, yaitu Uzair (Ezra). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat,
kemudian Alloh mematikannya selama 100 tahun. Ketika dihidupkan kembali setelah
kematiannya itu, kitab Taurat telah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir.
Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan
Tauratnya. Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan
anggapan, kalau Nabi Musa datang kepada mereka membawa Taurat dalam
bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh, sedangkan Uzair
datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka
Uzair lebih, lalu mereka meyakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada
Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun menyembahnya. Ada pun Uzair
berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi (Bani Isroil). [’Abdulloh A.
Darwanto]
B.
Konsep
Ketuhanan Menurut Agama Nasrani
Agama Nashrani
atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu
agama yang mengaku ngaku monotheisme, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen
adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal
dengan Trinitas atau Tritunggal.
Agama Katholik
adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang
umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi
satu-satunya di dunia. Disebut pula dengan Gereja Barat atau Geraja Latin,
karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia,
Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus
atau Kerasulan karena mereka mengaku-aku bahwa yang membangun agama mereka
adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling senior.
Agama Katholik
meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka
juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang
sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama
dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Adapun agama
Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama
Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox
meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini
bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Sedangkan agama
Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik
karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut
Protestan karena sikap mereka yang memprotes Gereja Lama atau kaum Katholik.
Mereka menye-but dirinya dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang
ha-nya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kris-ten
saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar
untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang
intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Agama Kristen
meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Oleh karena itu
murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul. Bahkan Saulus atau Paulus atau
Bulus, yaitu musuh besar Nabi ‘Isa yang sangat bernafsu menangkap dan menyalib
Nabi ‘Isa serta banyak menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga
ikut diyakini sebagai Rasul. Hal ini karena tipu dayanya yang mengatakan kepada
orang-orang Nashrani bahwa dia mendapat wahyu dari Yesus untuk meneruskan
ajarannya dan Yesus menamainya dengan Bulus. Tipu daya Saulus semakin sempurna
dengan menyusupkan orang-orangnya ke dalam deretan rohaniawan Kristen, seperti
Lukas dan lain-lainnya. Melalui orang-orangnya ini akhirnya Saulus berhasil
merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke tengah-tengah umat Nashrani.
Dalam
sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad
II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan
dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada
konsili di Ephese Bunda Maria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut
Katholik. Begitulah sejarah ketuhanan dalam agama Kristen.
C.
Konsep
Ketuhanan Menurut Agama Hindu
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama
dalamWeda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep
lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Agama Hindu identik
dengan panca sradha dimana orang yang ingin memeluk agama Hindu diwajibkan
untuk menyakini lima konsep ajaran utama dalam Hindu yaitu panca sradha ini
yaitu:
1. Percaya
pada Adanya Brahman
Tujuannya
adalah untuk menyadari Brahman dalam keabsolutan-Nya, atau teramat gaib
(transcendent), sukar dipahami, di luar pengertian dan pengalaman manusia
biasa, keadaan, ketika mencapai keadaan akhir diri. Kebenaran yang abadi, tanpa
batas waktu, bentuk, dan ruang. Kebenaran itu berada di luar perkiraan pikiran,
di luar perasaan yang alami, di luar aksi atau pergerakan vritti (gelombang
pikiran). Kebenaran ini kemudian memberikan perspektif yang benar. Pengalaman yang mendalam ini harus dialami
sementara ada di dalam tubuh fisik. Seseorang kembali dan kembali lagi ke dalam
jasmani hanya untuk menyadari Brahman. Tiada lagi yang lain. Namun, Brahman
harus menjadi sebuah pengalaman yang benar-benar dialami.
Orang
atheispun kesulitan menyangkal bahwa Tuhan (Brahman) tersebut tidak ada, karena
semua ciptaan apapun bentuknya baik baik
itu energi maupun material mustahil
muncul dengan sendiri pasti ada suatu creator (pencipta) atau penyebab adanya
ciptaan itu. Tapi yang menjadi kesulitan utama adalah keterbatasan pikiran dan
tehnologi untuk mengetahuinya.
Dimana
dalam agama Hindu menyatakan bahwa pada dasarnya Tuhan (Brahman) memiliki
beberapa eksistensi. Paranàma: Tuhan dalam wujud energi yang tidak tampak.
Tidak berwujud". Beliau hanya merupakan sinar yang tanpa bentuk. Wyuhanàma:
hanya dapat dilihat oleh Para Dewa, terbaring di atas lautan yang berada di
atas Nagasesa. Tuhan yang seperti ini oleh Umat Hindu di Bali disebut Hana Tan
Hana yang artinya,' Ada tetapi Tidak Ada'. Wibhawanaama: Tuhan yang berbentuk.
Dalam istilah lain Tuhan yang seperti ini juga disebut Sakara Brahman atau
Saguna Brahman. Artinya Tuhan berwujud dan sekaligus mempunyai sifat atau guna.
Antaraatmanaama: Tuhan berbentuk seperti yang ditempatinya atau Tuhan meresapi
seluruh ciptaan-Nya. Tidak ada segala sesuatu yang tidak berisi resapan Tuhan.
2. Percaya
kepada Atman
Atma
yang sesungguhnya adalah atman yang mutlak yang bukan golongan metafisik yang
abstrak, tetapi atman rohani yang asli. Bentuk yang lain adalah keberadaan yang
dijadikan obyek. Atman adalah yang hidup dan bukan obyek. Ini adalah pengalaman
yang mana atman adalah subyek yang maha tahu pada saat yang bersamaan obyek
yang diketahui. Atman hanya terbuka untuk atman. Atman bukanlah kenyataan yang
obyektif, bukan pula sesuatu yang berupa subyektif murni. Hubungan subyek-obyek
hanya mempunyai arti dalam dunia obyek-obyek/dalam lingkungan pengetahuan dalam
arti luas, atman adalah cahaya-cahaya dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di
alam semesta. Dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati,
yang tanpa gerak atau perubahan yang masih bertahan ketika yang lainnya sudah
berakhir. "Dia adalah yang melihat dan bukan obyek yang dilihat. Apapun
yang berupa obyek, dia adalah yang termasuk bukan atman. Atman adalah
kesadaran-saksi yang abadi".
Dari
sini kita mengetahui bahwa Atman adalah unsur yang paling utama dari segala
ciptakan ia berkuasa atas tubuh yang dimasukinya, ia yang mengendalikan tubuh
tersebut. Hingga nantinya tubuh itu rusak ia akan meninggalkan tubuh itu dan
beralih ke tubuh yang lain, atau dapat bersatu dengan sumbernya.
3. Percaya
kepada Karmaphala
Karmaphala
adalah sebuah hukum yang berlangsung lewat sebuah proses perbuatan (karma) yang
perlahan sudah bisa dibuktikan kebenarannya walaupun masih ada orang yang
berpandangan negatif terhadap akan pembuktian itu. Karmaphala dapat diartikan
sebagai hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Hukum Karma atau Hukum
Karmaphala itu berlaku universal dan menyeluruh di alam semesta ini. Hukum
Karmaphala ini berlaku dimana saja, terhadap siapa saja dari berbagai latar
belakang dan sepanjang masa serta bersifat abadi. Secara garis besar
sifat-sifat Hukum Karmaphala yaitu abadi, berlaku secara universal, berlaku
sepanjang masa, sempurna, dan tanpa kecuali.
4. Percaya
akan adanya Punarbhawa (reinkarnasi)
Reinkarnasi
sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa adalah suatu kepercayaan
tentang kelahiran yang berulang ulang atau suatu proses kelahiran yang biasa
disebut dengan penitisan, reincarnasi atau samsara. Kalau ada kelahiran
berulang ulang berarti ada kematian yang berulang ulang atau hidup yang
berulang ulang. Memang kedengarannya aneh tetapi nyata, kelahiran dapat terjadi
berulang ulang beberapa kali tanpa batas.
Didalam
Bhagawad Gita Krisna mengatakan : Wahai Arjuna, Kamu dan Aku telah lahir
berulang ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran
sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran. Melalui Atman sebagai percikan Brahman, makluk dapat menikmati
kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan didunia ini dan Atman dalam
proses menghidupkan akan berpindah pindah dan berulang ulang dengan menggunakan
badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi (punarbawa/samsara) yaitu
penjelmaan kembali sebagai makluk hidup.
5. Percaya
akan adanya Moksha
Mosha adalah Kebebasan Paripurna,
Keselamatan atau Pembebasan adalah tujuan terakhir dari empat pilar yang
menyangga struktur kehidupan kita. Tiga pliar lainnya adalah, Dharma atau
Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau Keinginan.
Lazimnya, moksha diartikan sebagai
"kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran." Telah ada banyak
pembicaraan, diskusi dan penelitian ilmiah pada subjek kehidupan setelah
kematian, kehidupan setelah kehidupan, pengalaman dekat kematian, reinkarnasi
dan seterusnya.
Penjelasan tentang Moksha terdapat dalam
sloka Bhagawadgita XVII. 5 4
Artinya :
Setelah
manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa la bebas dari duka cita dan
keinginan. Memandang semua makhluk berbhakti kepada Ku.
Bhagawadgita XI. 54
Artinya :
Akan
tetapi dengan bhakti tunggal kepada Ku, Oh Arjuna
Aku
dapat dikenal, sungguh dilihat dan dimasuki ke dalam.
Dari sloka ini dijelaskan bahwa Moskha
adalah menunggalnya Atman dengan Brahman, dimana Atman kembali menjadi
essensinya yang sebenarnya yaitu energi penciptaan yang kembali pada sumber
dari energi tersebut yaitu Tuhan.
D.
Konsep
Ketuhanan Menurut Agama Budha
Perlu ditekankan
bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan
konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan
akhir dari hidup manusia adalah kembali ke sorga ciptaan Tuhan yang kekal.
“Ketahuilah para
Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak
Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak
akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,
pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak
Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada
kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan
dari sebab yang lalu.”
Ungkapan di atas
adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII
: 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan
Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam
Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan,
Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan
yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang
Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi
(sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan
cara bermeditasi.
Dengan membaca
konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh
agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di
sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan
menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga
banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha
adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita
mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci
Tipitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep
Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.
Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain
antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan
manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau
Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia
tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu
pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa–dewi
yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai.
Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu
melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran
& realitas sebenar-benarnya.
E.
Konsep
Ketuhanan Menurut Agama Khonghucu
Dalam Agama Khonghucu
konsep Ketuhanannya adalah Monoteis, artinya Esa atau tunggal. Ini tercermin
dalam menyebut nama Tuhan dengan Thian atau dalam bahasa kitabnya disebut dengan
Tien ini terdiri dari 2 (dua) akar kata yaitu Iet atau tunggal/esa dan Tay atau
besar, jadi seluruh huruf ini berarti Satu yang maha besar dan dengan kata lain
: Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut di atas dibuktikan secara jelas dalam
ajaran Agama Khonghucu, misalnya : Dalam Delapan Keimanan atau Pat Sing Ciam
Kwie bagian pertama : Sing Sien Hong Thian = Sepenuhnya Iman Percaya Kepada
Tuhan Yang Maha Esa, begitu pula di dalam doa umum maupun doa upacara
kematian/Song Su dan doa upacara pernikahan/Hoo Su, selalu terlebih dulu menyebut
: Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat yang Maha Tinggi, setelah itu baru
menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat Yang Maha Tinggi, setelah
itu baru menyebut : Dengan Bimbingan Nabi Khongcu, serta diakhiri dengan ucapan
: Sian Cay, yang artinya semoga demikianlah sebaiknya. Juga diimplementasikan
/dijabarkan dalam ucara besar kehadirat Thian Yang Maha Esa :
1. King Thi Kong/ Sembahyang Besar Tuhan Allah Iemlik bulan I
tanggal 8 menjelang tanggal 9, dilaksanakan saat Cu Si Pk 23.00-01.00.
2.
Cio
Thao/Sembahyang Kehadirat Thian YME, yang dilakukan mempelai sebelum bertemu
dengan pasangannya,waktunya antara Pk 03.00 pagi, di rumah masing-masing calon
mempelai.
3.
Sam
Kay/Sembahyang Kehadirat Thian YME,saat mempelai bertemu satu dengan lainnya.
Sebelum mempelai menerima Liep Gwan Perinahan di Lithang.
Ibadah kehadirat Thian Yang Maha Esa yang berkaitan pula ibadah kepada Nabi dan Para Suci antara lain :
Ibadah kehadirat Thian Yang Maha Esa yang berkaitan pula ibadah kepada Nabi dan Para Suci antara lain :
1. Ibadah Siang Gwan/Cap Go Meh, setiap Iemlik bulan pertama
tanggal 15 malam, dikala bulan purnama raya. Karena Ibadah siang Gwan Siauw ini
melambangkan saat mulai diturunkan berkah Thian atas penghidupan dalam tahun
baru yang bersangkutan, maka biasa dilakukan upacara sembahyang besar bagi Para
Suci/Sien Bing untuk keselamatan serta perlindungan masyarakat luas. Baik dalam
kehidupan maupun penghidupannya.
2.
Ibadah
Twan yang/Hari Kehidupan, dilaksanakan pada Iemlik bulan V tanggal 5, pada saat
Ngo Si, antara Pk 11.00 -13.00 ; di samping Ibadah besar kehadirat Thian juga
menghormati khut Gwan para suci yang semasa hidupnya telah mewujudkan secara
nyata Satyanya keapda Tuhan maupun bangsa dan negaranya.
3.
Ibadah
Tangcik/Hari Genta Rohani (Bok Tok), Cie Ya Sing Kie Sien. Dilaksanakan pada
tanggal 22 desember, dikala matahari terletak pada garis balik 23 1/2 derajat
Lintang Selatan, saat Ien Si antara Pk 03.00 -05.00. Di samping sembahayang
besar kehadirat Thian dengan altar King Thi Kong yang sesaji tabu diganti
sepasang bambu kuning yang melambangkan keabadian, juga ada disajikan khusus
ronde/onde dengan kuah jahe manis sebanyak 3 mangkuk @12 ronde kecil merah dan
putih serta ditengahnya diberi satu ronde merah besar yang melambangkan rakhmat
Thian YME yang dilimpahkan selama satu tahun yang terdiri dua belsa bulan.
Ibadah ini juga memperinagti awal Nabi Khongcu melakukan tugas kenabiannya
serta pula memperingati wafat Ya Sing Bincu Penegak Agama Jie yang konsekwen
dengan ajaran Nabi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.comnoteshindu-balihindu-memiliki-konsep-ketuhanan-dan-ajaran-yang-jelas-dan-masuk-akal-10151045291537596
kumpulan artikel yang di posting jadi satu mempermudah pemahaman pada pembacanya. Agama adalah keyakinan hati, bagi saya agama tidak dapat dibandingkan, manusia saja sama dihadapan-Nya kenapa agama sering kita bandingkan kebaikan dan kekurangannya ?. Artikel ini memberikan kepada kita setiap agama adalah keyakinan yang mutlak harus kita hormati.
BalasHapusterima kasih, selamat berkarya
Terima kasih, semoga bermanfaat
Hapusok
BalasHapusSangat jelas,Terima kasih Artikelnya
BalasHapusInformasinya sangat tidak berimbang, karena semua ini ditulis berdasarkan sudut pandang Islam tentang agama2 yg dicantumkan. Tidak merujuk sama sekali bagaimana sudut pandang agama2 itu sendiri secara benar. Maaf informasi yg anda bagikan itu salah :-).
BalasHapusSayangnya informasi yg dibagikan ini tidak tepat, karena semua merujuk pada pandangan Islam terhadap agama2 yg dicantumkan, tidak merujuk pada bagaimana pandangan agama2 itu sendiri. Maaf, info yg anda bagikan itu salah :-)
BalasHapusBaik penulis maupun pembaca artikel ini, tolong disimak https://m.youtube.com/watch?v=j2h3cVVj5ys
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus