WUJUD
ALLAH SWT DAN KEESAAN-NYA
A.
Dalil
Al-Qu’ran
Al-Qur’an mengetuk hati nurani manusia
untuk merasakan benar-benar bahwa keyakinan tentang eksistensi Allah adalah
pembawaan asli atau fitrahnya. Akan tetapi pembawaan fitrah itu sering
dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan
suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hubungan ini Surat Yunus (10):12
menyatakan:
Surat
Yunus (10):12
Artinya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia
berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami
Hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah
dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampau
batas apa yang mereka kerjakan.”
Contoh:
apabila seseorang dalam perjalanan dan kendaraan yang dikendarainya mengalami
gangguan, pasti ia akan berdo’a dan senantiasa ingat kepada Allah. Akan tetapi
setelah Allah menyelamatkan dari bahaya tersebut, ia berlaku seolah-olah tidak
mendapatkan pertolongan dari Allah.
Al-Qur’an juga menempuh cara lain yang
lebih singkat, yaitu dengan menggugah akal pikiran manusia agar memikirkan
kejadian dirinya dan alam sekitarnya yang menjadi bukti nyata tentang
eksistensi Tuhan. Sebagai contoh, dalam surat Al-Mu’minun (40):67 dikemukakan
proses kejadian manusia.
Surat Al-Mu’minun
(40):67
Artinya: “Dia-lah yang Menciptakanmu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan
sebai seoramh anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua.
Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian)
agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.”
Perintah
memikirkan segenap ciptaan Allah yang berbagai ragam itu diharapkan agar
manusia dapat mengenal Penciptanya yang memiliki sifat kesempurnaan. Sebaliknya
manusia dilarang memikirkan hakikat dzat Allah,
karena Dia tidak membekali fasilitas untuk mengetahui hakekat dzat-Nya.
B.
Allah
swt Memperkenalkan Diri-Nya (Wahyu-Hikmah-Fitrah)
Tuhan
memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas sesuai
dengan kesucian-Nya. Hamzah Ya’kub dalam Filsafat
Ketuhanan (1984:126) menjelaskan bahwa cara Tuhan memperkenalkan diri-Nya
ditempuh melalui:
a. Wahyu:
Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia. Pesan tersebut ditulis dalam Al-Kitab.
b. Hikmah:
Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada manusia
untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan Yang Maha
Kuasa serba teratur, cermat, dan berhati-hati sebagai bukti.
c. Fitrah:
Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha
Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan, dan umurnya. Kesadaran akan
kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya itu, yaitu
Tuhan.
C.
Dalil
Cosmologi
Bukti-bukti
adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi,
sebagaimana diisyaratkan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2):164.
Surat Al-Baqarah (2):164
Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan
bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan)
yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Diturunkan Allah dari langit berupa air,
lalu dengan itu Dihidupkan-Nya buni setelah mati (kering), dan Dia Tebarkan di
dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang
Dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”
Tuhan
menyuruh manusia mempelajari cosmos dan
kekuatannya yang merupakan kumpulan hukum alam semesta yang menggambarkan
adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam sehinga dapat dipergunakan
sebaik-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha
Pengatur. Untuk memudahkan manusia
menarik kesimpulan, maka Al-Qur’an mengungkapkan dengan cara yang komunikatif
dan dialogis dalam surat Asy-Syura(26):23-24.
Surat Asy-Syura (26):23-24
Artinya: ”Fir’aun berkata:”Siapa Tuhan semesta alam
itu?”(23)
Musa
menjawab:”Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
(itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian mempercayaiNya”.
D.
Dalil
Astronomi
Tuhan
memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet yang
terdiri atas bintang, bulan, dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada
garis orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampaui yang lainnya dan tidak
akan keluar pula dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu
sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.
Ustadz Taufiq al-Hakim, seorang
intelektual terkemuka menemukan fenomena di alam raya yang sangat luas ini
dengan teori al-Ta’adduliyah
(keserasian). Ia mengatakan bahwa “Bumi merupakan bola (globe) yang hidup
dengan seimbang dan tawazun dengan bola terbesar di alam ini, yaitu matahari”
(Yusuf al-Qardhawi, 1995:143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan
ciptaan-Nya. Dalam surat Ath-Thoriq (86):1-3 dan surat Asy-Syams (91):1-2 Allah
menegaskan:
Surat Ath-Thoriq (86):1-3
Artinya: “Demi langit dan yang datang pada malam
hari” (1)
“Dan
tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?” (2)
“(Yaitu)
bintang yang bersinar tajam,” (3)
Surat Asy-Syams (91):1-2
Artinya: “Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,”
(1)
“demi
bulan apabila mengiringinya,” (2)
Semua
penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori
ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika
yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki
kepandaian agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang
memiliki sifat-sifat kesempurnaan.
E.
Dalil
Antropologi
Manusia
adalah makhluk Allah. Namun, dia mempunyai kehendak khusus dan berperan dalam
kehidupan ini. Yang memberi peran dan kedudukan itu adalah Penciptanya, yaitu
Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada akal, ilmu pengetahuan, dan
rohnya, sehingga diberi kedudukan sebagai khalifah di muka bumi. Bukti
antropologi diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surat Ath-Thoriq (86):5-7 dan Surat
Ar-Ruum (30):20.
Surat Ath-Thoriq (86):5-7
Artinya: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari
apa dia diciptakan.” (5)
“Dia
diciptakan dari air (mani) yang terpancar,” (6)
“yang
keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.” (7)
Surat Ar-Ruum (30):20
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah Dia Menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi)
manusia yang berkembang biak.
Manusia
itu makhluk berkemauan karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna
laa haula wa laa quwwata illabillah. Atau,
manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak
bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan dengan dirinya
sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf al-Qardhawi, 1995:63).
F.
Dalil
Psikologi
Dibandingkan
dengan makhluk lain, manusia memiliki dua macam keistimewaan. Pertama, bentuk
tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian untuk menyelesaikan persolan
yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir an memelihara ketahanan mental
(sabar). Penegasan dalil ini terdapat dalam surat Ar-Ruum (30):21.
Surat Ar-Ruum (30):21
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda
(kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, Dia Menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Allah SWT benar-benar ada dan kita sebagai umat islam wajib beriman atas
keberadaan Allah SWT. Adapun eksistensi atau wujud Allah SWT diperlihatkan
melalui:
1.
Dalil Al-Quran
Allah
swt menggunakan Al-Quran untuk mengetuk pintu hati manusia untuk merasakan
benar-benar tentang keberadaan Allah SWT dan membangkikan kembali dengan suatu
kejadian yang tidak disenangi.
2. Allah
memperkenalkan diri-Nya melalui wahyu, hikmah, dan fitrah.
3. Dalil
cosmologi
Tuhan
menunjukkan diri-Nya dengan bukti penciptaanNya yaitu asal-usul alam semesta.
4. Dalil
astronomi
Allah
SWT menujukkan keberadaan-Nya dengan cara menunjukkan benda-benda angkasa yang
tersusun rapi dan perhitungan yang sangat rapi.
5. Dalil
antropologi
Allah
SWT menunjukkan diri-Nya atas hakekat manusia terutama hubungan jiwa dan raga.
6. Dalil
psikologi
Allah
SWT menunjukkan diri-Nya dengan penciptaannya yang berupa bentuk tubuh manusia
dan perasaan manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
DPPAI
UII.Akidah Islam.Yogyakarta: UII
Press yogyakarta.
http://srihaningsih.blogspot.com/2010/11/akidah-pendidikan-agama-i.html
penjelasannya sangat runut, makasih ya
BalasHapusPortal Bersama
iya sama-sama :)
Hapus