06/01/14



KONSEP TUHAN MENURUT AGAMA YAHUDI, NASRANI,
HINDU, BUDHA, DAN KHONGHUCU

A.      Konsep Ketuhanan Menurut Agama Yahudi
Konsep ketuhanan agama Yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal."
Allah di sini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Allah dijelaskan dalam pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah."
Namun, pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum musyabbihah, yaitu kaum yang menyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab Kejadian Fasal I :
Alloh berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan dari Kami.”
Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Alloh. Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Alloh bisa menga-lami keletihan dan kecapaian sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian Fasal II :
“Alloh menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Dia beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.”
Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan. Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Alloh dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ
Orang-orang Yahudi berkata :“Tangan Allah terbelenggu (yakni kikir)“
(Qs. Al-Maidah : 64)
Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan lain-lainnya mengatakan :
“Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya. Maha tinggi Alloh dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.”
Maka Alloh pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64
“Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki.”
(Qs. Al-Maidah : 64)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَ نَحْنُ أَغْنِيَاءُ
“Sesungguhnya Alloh telah mendengar perkataan orang-orang yang mereka berkata : “Sesungguhnya Alloh itu faqir (miskin) dan kami inilah yang kaya.”
 (Qs. Ali ‘Imron : 181)
Berkata Ibnu Jarir Ath-Thobari : “Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan dengan sebagian orang Yahudi yang ada pada zaman Nabi.”
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang Yahudi yang terkenal kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan yang paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk ke dalam agama Islam.
Begitulah orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Alloh dengan makhluk, tetapi juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah SWT. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh!
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاء اللّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.” 
(Qs. Al-Maidah : 18)
Bahkan mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan manusia selain bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin dunia, sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak yang harus mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini lahirlah doktrin Zionisme dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi orang-orang Yahudi.
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى
Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atas Nashrani.”
(Qs. Al-Baqoroh : 111)
Dalam ayat yang lain Alloh menyatakan :
“Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian saja negeri Akhirat yang ada di sisi Alloh, bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang yang benar!” Mereka sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang berbuatan zhalim”
(Qs. Al-Baqoroh : 94 – 95)
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak, yaitu Uzair (Ezra). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh mematikannya selama 100 tahun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat telah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya. Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa  datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih, lalu mereka meyakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa  sebagai anak Alloh, dan mereka pun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi (Bani Isroil). [’Abdulloh A. Darwanto]

B.       Konsep Ketuhanan Menurut Agama Nasrani
Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku ngaku monotheisme, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.
Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pula dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku-aku bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling senior.
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Sedangkan agama Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena sikap mereka yang memprotes Gereja Lama atau kaum Katholik. Mereka menye-but dirinya dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang ha-nya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kris-ten saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Agama Kristen meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul. Bahkan Saulus atau Paulus atau Bulus, yaitu musuh besar Nabi ‘Isa yang sangat bernafsu menangkap dan menyalib Nabi ‘Isa serta banyak menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga ikut diyakini sebagai Rasul. Hal ini karena tipu dayanya yang mengatakan kepada orang-orang Nashrani bahwa dia mendapat wahyu dari Yesus untuk meneruskan ajarannya dan Yesus menamainya dengan Bulus. Tipu daya Saulus semakin sempurna dengan menyusupkan orang-orangnya ke dalam deretan rohaniawan Kristen, seperti Lukas dan lain-lainnya. Melalui orang-orangnya ini akhirnya Saulus berhasil merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke tengah-tengah umat Nashrani.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik. Begitulah sejarah ketuhanan dalam agama Kristen.
C.      Konsep Ketuhanan Menurut Agama Hindu
Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalamWedaAgama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Agama Hindu identik dengan panca sradha dimana orang yang ingin memeluk agama Hindu diwajibkan untuk menyakini lima konsep ajaran utama dalam Hindu yaitu panca sradha ini yaitu:
1.      Percaya pada Adanya Brahman
Tujuannya adalah untuk menyadari Brahman dalam keabsolutan-Nya, atau teramat gaib (transcendent), sukar dipahami, di luar pengertian dan pengalaman manusia biasa, keadaan, ketika mencapai keadaan akhir diri. Kebenaran yang abadi, tanpa batas waktu, bentuk, dan ruang. Kebenaran itu berada di luar perkiraan pikiran, di luar perasaan yang alami, di luar aksi atau pergerakan vritti (gelombang pikiran). Kebenaran ini kemudian memberikan perspektif yang benar.  Pengalaman yang mendalam ini harus dialami sementara ada di dalam tubuh fisik. Seseorang kembali dan kembali lagi ke dalam jasmani hanya untuk menyadari Brahman. Tiada lagi yang lain. Namun, Brahman harus menjadi sebuah pengalaman yang benar-benar dialami.
Orang atheispun kesulitan menyangkal bahwa Tuhan (Brahman) tersebut tidak ada, karena semua ciptaan  apapun bentuknya baik baik itu energi maupun  material mustahil muncul dengan sendiri pasti ada suatu creator (pencipta) atau penyebab adanya ciptaan itu. Tapi yang menjadi kesulitan utama adalah keterbatasan pikiran dan tehnologi untuk mengetahuinya.
Dimana dalam agama Hindu menyatakan bahwa pada dasarnya Tuhan (Brahman) memiliki beberapa eksistensi. Paranàma: Tuhan dalam wujud energi yang tidak tampak. Tidak berwujud". Beliau hanya merupakan sinar yang tanpa bentuk. Wyuhanàma: hanya dapat dilihat oleh Para Dewa, terbaring di atas lautan yang berada di atas Nagasesa. Tuhan yang seperti ini oleh Umat Hindu di Bali disebut Hana Tan Hana yang artinya,' Ada tetapi Tidak Ada'. Wibhawanaama: Tuhan yang berbentuk. Dalam istilah lain Tuhan yang seperti ini juga disebut Sakara Brahman atau Saguna Brahman. Artinya Tuhan berwujud dan sekaligus mempunyai sifat atau guna. Antaraatmanaama: Tuhan berbentuk seperti yang ditempatinya atau Tuhan meresapi seluruh ciptaan-Nya. Tidak ada segala sesuatu yang tidak berisi resapan Tuhan.
2.      Percaya kepada Atman
Atma yang sesungguhnya adalah atman yang mutlak yang bukan golongan metafisik yang abstrak, tetapi atman rohani yang asli. Bentuk yang lain adalah keberadaan yang dijadikan obyek. Atman adalah yang hidup dan bukan obyek. Ini adalah pengalaman yang mana atman adalah subyek yang maha tahu pada saat yang bersamaan obyek yang diketahui. Atman hanya terbuka untuk atman. Atman bukanlah kenyataan yang obyektif, bukan pula sesuatu yang berupa subyektif murni. Hubungan subyek-obyek hanya mempunyai arti dalam dunia obyek-obyek/dalam lingkungan pengetahuan dalam arti luas, atman adalah cahaya-cahaya dan melalui hal ini sajalah ada cahaya di alam semesta. Dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati, yang tanpa gerak atau perubahan yang masih bertahan ketika yang lainnya sudah berakhir. "Dia adalah yang melihat dan bukan obyek yang dilihat. Apapun yang berupa obyek, dia adalah yang termasuk bukan atman. Atman adalah kesadaran-saksi yang abadi".
Dari sini kita mengetahui bahwa Atman adalah unsur yang paling utama dari segala ciptakan ia berkuasa atas tubuh yang dimasukinya, ia yang mengendalikan tubuh tersebut. Hingga nantinya tubuh itu rusak ia akan meninggalkan tubuh itu dan beralih ke tubuh yang lain, atau dapat bersatu dengan sumbernya.
3.      Percaya kepada Karmaphala
Karmaphala adalah sebuah hukum yang berlangsung lewat sebuah proses perbuatan (karma) yang perlahan sudah bisa dibuktikan kebenarannya walaupun masih ada orang yang berpandangan negatif terhadap akan pembuktian itu. Karmaphala dapat diartikan sebagai hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Hukum Karma atau Hukum Karmaphala itu berlaku universal dan menyeluruh di alam semesta ini. Hukum Karmaphala ini berlaku dimana saja, terhadap siapa saja dari berbagai latar belakang dan sepanjang masa serta bersifat abadi. Secara garis besar sifat-sifat Hukum Karmaphala yaitu abadi, berlaku secara universal, berlaku sepanjang masa, sempurna, dan tanpa kecuali.
4.      Percaya akan adanya Punarbhawa (reinkarnasi)
Reinkarnasi sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa adalah suatu kepercayaan tentang kelahiran yang berulang ulang atau suatu proses kelahiran yang biasa disebut dengan penitisan, reincarnasi atau samsara. Kalau ada kelahiran berulang ulang berarti ada kematian yang berulang ulang atau hidup yang berulang ulang. Memang kedengarannya aneh tetapi nyata, kelahiran dapat terjadi berulang ulang beberapa kali tanpa batas.
Didalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan : Wahai Arjuna, Kamu dan Aku telah lahir berulang ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Melalui Atman sebagai percikan Brahman, makluk dapat menikmati kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan didunia ini dan Atman dalam proses menghidupkan akan berpindah pindah dan berulang ulang dengan menggunakan badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi (punarbawa/samsara) yaitu penjelmaan kembali sebagai makluk hidup.
5.      Percaya akan adanya Moksha
       Mosha adalah Kebebasan Paripurna, Keselamatan atau Pembebasan adalah tujuan terakhir dari empat pilar yang menyangga struktur kehidupan kita. Tiga pliar lainnya adalah, Dharma atau Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau Keinginan.
          Lazimnya, moksha diartikan sebagai "kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran." Telah ada banyak pembicaraan, diskusi dan penelitian ilmiah pada subjek kehidupan setelah kematian, kehidupan setelah kehidupan, pengalaman dekat kematian, reinkarnasi dan seterusnya.
     Penjelasan tentang Moksha terdapat dalam sloka Bhagawadgita XVII. 5 4

Artinya :
            Setelah manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa la bebas dari duka cita dan keinginan. Memandang semua makhluk berbhakti kepada Ku.
Bhagawadgita XI. 54
Artinya :
Akan tetapi dengan bhakti tunggal kepada Ku, Oh Arjuna
Aku dapat dikenal, sungguh dilihat dan dimasuki ke dalam.
     Dari sloka ini dijelaskan bahwa Moskha adalah menunggalnya Atman dengan Brahman, dimana Atman kembali menjadi essensinya yang sebenarnya yaitu energi penciptaan yang kembali pada sumber dari energi tersebut yaitu Tuhan.

D.      Konsep Ketuhanan Menurut Agama Budha
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke sorga ciptaan Tuhan yang kekal.
“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tipitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa–dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

E.       Konsep Ketuhanan Menurut Agama Khonghucu
Dalam Agama Khonghucu konsep Ketuhanannya adalah Monoteis, artinya Esa atau tunggal. Ini tercermin dalam menyebut nama Tuhan dengan Thian atau dalam bahasa kitabnya disebut dengan Tien ini terdiri dari 2 (dua) akar kata yaitu Iet atau tunggal/esa dan Tay atau besar, jadi seluruh huruf ini berarti Satu yang maha besar dan dengan kata lain : Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut di atas dibuktikan secara jelas dalam ajaran Agama Khonghucu, misalnya : Dalam Delapan Keimanan atau Pat Sing Ciam Kwie bagian pertama : Sing Sien Hong Thian = Sepenuhnya Iman Percaya Kepada Tuhan Yang Maha Esa, begitu pula di dalam doa umum maupun doa upacara kematian/Song Su dan doa upacara pernikahan/Hoo Su, selalu terlebih dulu menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat yang Maha Tinggi, setelah itu baru menyebut : Kehadirat Thian Yang Maha Besar ditempat Yang Maha Tinggi, setelah itu baru menyebut : Dengan Bimbingan Nabi Khongcu, serta diakhiri dengan ucapan : Sian Cay, yang artinya semoga demikianlah sebaiknya. Juga diimplementasikan /dijabarkan dalam ucara besar kehadirat Thian Yang Maha Esa : 
1.    King Thi Kong/ Sembahyang Besar Tuhan Allah Iemlik bulan I tanggal 8 menjelang tanggal 9, dilaksanakan saat Cu Si Pk 23.00-01.00.
2.    Cio Thao/Sembahyang Kehadirat Thian YME, yang dilakukan mempelai sebelum bertemu dengan pasangannya,waktunya antara Pk 03.00 pagi, di rumah masing-masing calon mempelai. 
3.    Sam Kay/Sembahyang Kehadirat Thian YME,saat mempelai bertemu satu dengan lainnya. Sebelum mempelai menerima Liep Gwan Perinahan di Lithang. 
Ibadah kehadirat Thian Yang Maha Esa yang berkaitan pula ibadah kepada Nabi dan Para Suci antara lain : 
1.    Ibadah Siang Gwan/Cap Go Meh, setiap Iemlik bulan pertama tanggal 15 malam, dikala bulan purnama raya. Karena Ibadah siang Gwan Siauw ini melambangkan saat mulai diturunkan berkah Thian atas penghidupan dalam tahun baru yang bersangkutan, maka biasa dilakukan upacara sembahyang besar bagi Para Suci/Sien Bing untuk keselamatan serta perlindungan masyarakat luas. Baik dalam kehidupan maupun penghidupannya.
2.    Ibadah Twan yang/Hari Kehidupan, dilaksanakan pada Iemlik bulan V tanggal 5, pada saat Ngo Si, antara Pk 11.00 -13.00 ; di samping Ibadah besar kehadirat Thian juga menghormati khut Gwan para suci yang semasa hidupnya telah mewujudkan secara nyata Satyanya keapda Tuhan maupun bangsa dan negaranya. 
3.    Ibadah Tangcik/Hari Genta Rohani (Bok Tok), Cie Ya Sing Kie Sien. Dilaksanakan pada tanggal 22 desember, dikala matahari terletak pada garis balik 23 1/2 derajat Lintang Selatan, saat Ien Si antara Pk 03.00 -05.00. Di samping sembahayang besar kehadirat Thian dengan altar King Thi Kong yang sesaji tabu diganti sepasang bambu kuning yang melambangkan keabadian, juga ada disajikan khusus ronde/onde dengan kuah jahe manis sebanyak 3 mangkuk @12 ronde kecil merah dan putih serta ditengahnya diberi satu ronde merah besar yang melambangkan rakhmat Thian YME yang dilimpahkan selama satu tahun yang terdiri dua belsa bulan. Ibadah ini juga memperinagti awal Nabi Khongcu melakukan tugas kenabiannya serta pula memperingati wafat Ya Sing Bincu Penegak Agama Jie yang konsekwen dengan ajaran Nabi.







DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.comnoteshindu-balihindu-memiliki-konsep-ketuhanan-dan-ajaran-yang-jelas-dan-masuk-akal-10151045291537596

9 komentar :

  1. kumpulan artikel yang di posting jadi satu mempermudah pemahaman pada pembacanya. Agama adalah keyakinan hati, bagi saya agama tidak dapat dibandingkan, manusia saja sama dihadapan-Nya kenapa agama sering kita bandingkan kebaikan dan kekurangannya ?. Artikel ini memberikan kepada kita setiap agama adalah keyakinan yang mutlak harus kita hormati.

    terima kasih, selamat berkarya

    BalasHapus
  2. Sangat jelas,Terima kasih Artikelnya

    BalasHapus
  3. Informasinya sangat tidak berimbang, karena semua ini ditulis berdasarkan sudut pandang Islam tentang agama2 yg dicantumkan. Tidak merujuk sama sekali bagaimana sudut pandang agama2 itu sendiri secara benar. Maaf informasi yg anda bagikan itu salah :-).

    BalasHapus
  4. Sayangnya informasi yg dibagikan ini tidak tepat, karena semua merujuk pada pandangan Islam terhadap agama2 yg dicantumkan, tidak merujuk pada bagaimana pandangan agama2 itu sendiri. Maaf, info yg anda bagikan itu salah :-)

    BalasHapus
  5. Baik penulis maupun pembaca artikel ini, tolong disimak https://m.youtube.com/watch?v=j2h3cVVj5ys

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus