06/01/14



WUJUD ALLAH SWT DAN KEESAAN-NYA

A.    Dalil Al-Qu’ran
Al-Qur’an mengetuk hati nurani manusia untuk merasakan benar-benar bahwa keyakinan tentang eksistensi Allah adalah pembawaan asli atau fitrahnya. Akan tetapi pembawaan fitrah itu sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hubungan ini Surat Yunus (10):12 menyatakan:
Surat Yunus (10):12

Artinya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami Hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampau batas apa yang mereka kerjakan.”
Contoh: apabila seseorang dalam perjalanan dan kendaraan yang dikendarainya mengalami gangguan, pasti ia akan berdo’a dan senantiasa ingat kepada Allah. Akan tetapi setelah Allah menyelamatkan dari bahaya tersebut, ia berlaku seolah-olah tidak mendapatkan pertolongan dari Allah.
Al-Qur’an juga menempuh cara lain yang lebih singkat, yaitu dengan menggugah akal pikiran manusia agar memikirkan kejadian dirinya dan alam sekitarnya yang menjadi bukti nyata tentang eksistensi Tuhan. Sebagai contoh, dalam surat Al-Mu’minun (40):67 dikemukakan proses kejadian manusia.
       Surat Al-Mu’minun (40):67
Artinya: “Dia-lah yang Menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebai seoramh anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.”
Perintah memikirkan segenap ciptaan Allah yang berbagai ragam itu diharapkan agar manusia dapat mengenal Penciptanya yang memiliki sifat kesempurnaan. Sebaliknya manusia dilarang memikirkan hakikat dzat Allah, karena Dia tidak membekali fasilitas untuk mengetahui hakekat dzat-Nya.

B.    Allah swt Memperkenalkan Diri-Nya (Wahyu-Hikmah-Fitrah)
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas sesuai dengan kesucian-Nya. Hamzah Ya’kub dalam Filsafat Ketuhanan (1984:126) menjelaskan bahwa cara Tuhan memperkenalkan diri-Nya ditempuh melalui:
a. Wahyu: Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan tersebut ditulis dalam Al-Kitab.
b. Hikmah: Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan Yang Maha Kuasa serba teratur, cermat, dan berhati-hati sebagai bukti.
c.   Fitrah: Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan, dan umurnya. Kesadaran akan kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya itu, yaitu Tuhan.

C.     Dalil Cosmologi
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi, sebagaimana diisyaratkan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2):164.
       Surat Al-Baqarah (2):164
      
Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu Dihidupkan-Nya buni setelah mati (kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang Dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.”
Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan kumpulan hukum alam semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang beragam sehinga dapat dipergunakan sebaik-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur.  Untuk memudahkan manusia menarik kesimpulan, maka Al-Qur’an mengungkapkan dengan cara yang komunikatif dan dialogis dalam surat Asy-Syura(26):23-24.
       Surat Asy-Syura (26):23-24
      
Artinya: ”Fir’aun berkata:”Siapa Tuhan semesta alam itu?”(23)
Musa menjawab:”Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian mempercayaiNya”.

D.    Dalil Astronomi
Tuhan memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet yang terdiri atas bintang, bulan, dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada garis orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampaui yang lainnya dan tidak akan keluar pula dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti adanya perhitungan yang sangat rapi.
Ustadz Taufiq al-Hakim, seorang intelektual terkemuka menemukan fenomena di alam raya yang sangat luas ini dengan teori al-Ta’adduliyah (keserasian). Ia mengatakan bahwa “Bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan seimbang dan tawazun dengan bola terbesar di alam ini, yaitu matahari” (Yusuf al-Qardhawi, 1995:143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya. Dalam surat Ath-Thoriq (86):1-3 dan surat Asy-Syams (91):1-2 Allah menegaskan:
       Surat Ath-Thoriq (86):1-3
     
Artinya: “Demi langit dan yang datang pada malam hari” (1)
“Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?” (2)
“(Yaitu) bintang yang bersinar tajam,” (3)
       Surat Asy-Syams (91):1-2
      
Artinya: “Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari,” (1)
“demi bulan apabila mengiringinya,” (2)
Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu bahwa alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan.

E.    Dalil Antropologi
Manusia adalah makhluk Allah. Namun, dia mempunyai kehendak khusus dan berperan dalam kehidupan ini. Yang memberi peran dan kedudukan itu adalah Penciptanya, yaitu Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada akal, ilmu pengetahuan, dan rohnya, sehingga diberi kedudukan sebagai khalifah di muka bumi. Bukti antropologi diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surat Ath-Thoriq (86):5-7 dan Surat Ar-Ruum (30):20.
       Surat Ath-Thoriq (86):5-7
     
Artinya: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.” (5)
“Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar,” (6)
“yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.” (7)
       Surat Ar-Ruum (30):20
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Manusia itu makhluk berkemauan karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna laa haula wa laa quwwata illabillah. Atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf al-Qardhawi, 1995:63).

F.    Dalil Psikologi
Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki dua macam keistimewaan. Pertama, bentuk tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian untuk menyelesaikan persolan yang dihadapkan kepadanya dengan berpikir an memelihara ketahanan mental (sabar). Penegasan dalil ini terdapat dalam surat Ar-Ruum (30):21.
       Surat Ar-Ruum (30):21
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”



KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT benar-benar ada dan kita sebagai umat islam wajib beriman atas keberadaan Allah SWT. Adapun eksistensi atau wujud Allah SWT diperlihatkan melalui:
1.    Dalil Al-Quran
Allah swt menggunakan Al-Quran untuk mengetuk pintu hati manusia untuk merasakan benar-benar tentang keberadaan Allah SWT dan membangkikan kembali dengan suatu kejadian yang tidak disenangi.
2.    Allah memperkenalkan diri-Nya melalui wahyu, hikmah, dan fitrah.
3.    Dalil cosmologi
Tuhan menunjukkan diri-Nya dengan bukti penciptaanNya yaitu asal-usul alam semesta.
4.    Dalil astronomi
Allah SWT menujukkan keberadaan-Nya dengan cara menunjukkan benda-benda angkasa yang tersusun rapi dan perhitungan yang sangat rapi.
5.    Dalil antropologi
Allah SWT menunjukkan diri-Nya atas hakekat manusia terutama hubungan jiwa dan raga.
6.    Dalil psikologi
Allah SWT menunjukkan diri-Nya dengan penciptaannya yang berupa bentuk tubuh manusia dan perasaan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

DPPAI UII.Akidah Islam.Yogyakarta: UII Press yogyakarta.
http://srihaningsih.blogspot.com/2010/11/akidah-pendidikan-agama-i.html


2 komentar :